Di tengah semarak Festival Peh Cun 2025 di bantaran Sungai Cisadane, komunitas Ketapels (Kompasianer Tangsel Plus) hadir lewat Sketsa on The Spot. Selembar kertas kosong dan pensil pun jadi media untuk menangkap momen yang terjadi.
Sabtu (31/5) pagi, suasana di Jl. Kalipasir, Pasar Lama Kota Tangerang begitu meriah. Ini adalah hari spesial, karena tengah berlangsung Festival Peh Cun.
Peh Cun dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek untuk memberikan penghormatan kepada Qu Yuan, salah satu menteri yang jujur dan dicintai oleh rakyat pada masa Dinasti Chu di Tiongkok (340 SM).
h Cun menjadi salah satu perayaan tradisional masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Di Kota Tangerang, Festival Peh Cun dipusatkan di Toa Pekong Air. Lokasinya berada di bantaran Sungai Cisadane di sisi barat Jl. Kalipasir.
Sebuah gunungan, yang disusun dari ribuan bakcang, diletakkan di dekat gapura Toa Pekong. Sementara di Tangga Jamban, berlabuh sebuah perahu berukuran sedang. Di atas perahu, pejabat setempat sedang memberikan sambutannya. Di seberang sungai, sekelompok pemain perkusi ikut menyemarakkan acara ini.
Festival Peh Cun dimeriahkan dengan beragam kegiatan seru. Mulai dari lomba perahu naga, tangkap bebek, lempar bakcang, hingga mendirikan telur ayam saat tengah hari.

Komunitas Ketapels mencoba menangkap momen menarik pada festival ini dengan membuat sketsa. Ada 2 seniman yang menjadi mentor kami, yaitu Edi Bonetski dan Dedi Jauhari dari Benteng Urban Sketcher.
Kami memilih tempat di sebelah selatan Toa Pekong. Tepatnya, di belakang Roemboer Tangga Ronggeng. Sebidang rumput sintetis di tepi trotoar kami gunakan untuk duduk lesehan, di antara pengunjung lainnya dan pedagang makanan.
Mbak Denik dari Ketapels membagikan goodie bag kepada setiap peserta. Isinya clipboard, kertas gambar, pensil, peraut, penghapus, makanan, air mineral, dan minuman sereh jeruk nipis dari Jamu Mba Denik.
Edi Bonetski kemudian memberikan contoh menggambar sketsa. Dengan lincah ia menggerakkan pensil di atas kertas, membentuk sebuah sketsa perahu naga.
Sambil menggambar, ia menjelaskan bahwa sketsa tidak perlu sama persis dengan objek aslinya. Ia juga menambahkan tidak perlu takut salah saat menggambar, karena dalam seni tidak ada benar atau salah. Selain itu, tak perlu punya bakat untuk membuat sketsa. Yang diperlukan adalah ketekunan.
